Kamis, 26 Agustus 2010

Bocah 6 Tahun Rawat Papanya yang Lumpuh

Tse Tse kecil sedang menyuapi papanya yang lumpuh.

Tse Tse kecil sedang menyuapi papanya yang lumpuh.

[Dajiyuan, 17 Des 2008] Karena ayahnya lumpuh bertahun-tahun, anak yang baru berumur 6 tahun ini terpaksa memikul tanggung jawab rumah tangga. Selain setiap hari mencuci muka ayahnya, memijat dan memberi makan, dia masih bersama ibunya mengambil botol air mineral bekas sebagai tambahan pendapatan keluarga. Cerita Tse Tse ini banyak menyentuh hati teman di internet, hanya beberapa jam, sudah puluhan ribu orang yang mengkliknya.

Adegan yang Mengharukan

Begitu sampai di rumah, Tse Tse langsung sibuk menyiapkan seember air, lantas dengan tangannya yang mungil ia memeras selembar handuk yang besar, karena handuk terlalu besar buat dia, Tse Tse membutuhkan 3 sampai 4 menit baru bisa mengeringkannya, kemudian dengan handuk itu dia menyeka wajah ayahnya dengan lap itu. Dia sangat teliti melapnya, sepertinya khawatir kurang bersih. Setelah selesai, Tse Tse kemudian berjingkat melap punggung ayahnya, di belakang, selesai semua, dengan puas dia tersenyum ke ayahnya.

Tse Tse tahun ini berumur 6 tahun, baru kelas 1 SD, tinggal di jalan Baoan, desa Nantong, papanya Xiong Chun pada 5 tahun lalu tiba-tiba menderita otot menyusut, di bawah leher semua lumpuh, untuk mengobati penyakitnya dia telah menghabiskan semua tabungannya. Sekarang, keluarga yang beranggotakan 3 orang ini hanya mengandalkan ibunya yang bekerja di pabrik, dengan penghasilan kecil itulah mereka bertahan hidup.

Di sekolah Houde, anak yang seumur dengannya dengan ceria bergandeng tangan dengan orang tuanya sambil berjalan, namun Tse Tse malah harus sekuat tenaga mendorong ayahnya pulang. Ketika mau menyeberang jalan, dia akan berhenti sejenak, menoleh kendaraan yang lalu lalang, setelah aman dia baru menyeberang. Setiap ketemu tempat yang tidak rata, Tse Tse harus mengeluarkan tenaga ekstra menaikkan roda depan, menarik kursi roda itu dari belakang, wajahnya yang mungil sampai terlihat kemerahan. Dari sekolah sampai rumah jaraknya sekitar 1.500 meter, harus ditempuh selama 20 menit.

Satu Keluarga 3 Orang Menempati Rumah 8 m2

Rumah Tse Tse adalah sebuah rumah dengan kamar kecil seukuran 8m2, hanya besi seng menutupi atap yang menghalangi cahaya masuk ke kamar, di atap tergantung sebuah lampu energi kecil. Dalam rumah penuh debu, yang paling mencolok adalah penghargaan Tse Tse yang tergantung di dinding. Terhadap sekeluarga yang pendapatan bulanannya hanya sekitar 1.000 RMB (Rp. 1,5 juta) bisa dikatakan, sebuah TV 21″ sudah merupakan barang mewah.

Sebuah ranjang atas dan bawah sudah memenuhi seluruh kamar, di atasnya penuh dengan barang pecah belah, hanya tersisa sedikit ruang kecil. Xiong Chun berkata, “itu adalah ranjang Tse Tse. Sebuah meja lipat tergantung di dinding, itu adalah meja belajar Tse Tse, juga adalah meja makan keluarga.“

Di samping pintu yang luasnya tidak sampai 1 m2, ada “dapur” yang dibuatnya sendiri, di samping kompor masih tersisa sebatang kubis. “Makanan dan minyak di rumah semua diberikan oleh teman mamanya, satu hari tiga kali makan, cuma makan malam yang agak lumaAdd an Imageyan, di rumah jarang makan daging, namun setiap minggu mereka akan mengeluarkan sedikit biaya untuk mengubah kehidupan anaknya, namun setiap kali makan, Tse Tse akan membiarkan saya makan dulu, baru dia makan.” Kata Xiong Chun.

Setiap Hari Memijat Papanya 3 Kali

Tangan Mungil Tse Tse sedang memijak kaki papanya

Tangan Mungil Tse Tse sedang memijak kaki papanya

Mama Tse Tse bekerja di pabrik, setiap siang hari dia akan menyisakan sedikit waktu pulang ke rumah menanak nasi untuk suaminya, setelah menyuapi dia segera balik ke pabrik bekerja, tanggung jawab merawat suaminya semua di bebankan ke pundak Tse Tse.

Xiong Chun memberitahu wartawan, setiap pagi jam 6.30 begitu jam alarm berbunyi, Tse Tse akan bangun, cuci muka dan sikat gigi, dia juga membantu papanya mencuci muka, selesai itu dia akan memijat tangan dan kaki papanya, kira-kira 10 menit. Pulang sekolah sore, dia akan memijat papanya lagi, malam setelah memandikan papanya, dia akan memijat papanya lagi, baru tidur.

Agar bisa lebih banyak membantu mamanya, Tse Tse kadang-kadang ikut mamanya memungut barang bekas untuk menambah penghasilan keluarga.” Xiong Chun sangat sayang anaknya. Tetangga di sekeliling sangat terharu dan mengatakan: ”Tse Tse sangat mengerti. Kita semua merasa bangga ada anak seperti ini.”

Boneka 5 Yuan yang Paling Disukai Tse Tse

Mama membawa dia memungut bo

Tse Tse dengan tekun merawat papanya

Tse Tse dengan tekun merawat papanya

tol air bekas untuk menambah penghasilan. Suatu ketika, Tse Tse memungut satu mainan mobil plastik bekas di tempat sampah, dia bagaikan mendapat barang pusaka, setiap hari akan main sebentar dengan mobil plastiknya itu. Yang Xianfui berkata, kemarin mama dan anak pergi memungut besi bekas, bisa dijual 20 Yuan.

Tse Tse punya satu boneka kecil yang lucu, itu yang paling disayanginya. Malam hari juga mengendongnya tidur. “Dia melihat boneka itu di toko, beberapa kali dia memintanya, 5 Yuan, saya tidak tega terus, akhirnya saya nekat membelikannya,” Kata Xiong Chun.

Begitu Tidak Boleh Sekolah, Langsung Menangis

Untuk mengirit biaya listrik,setiap hari begitu pulang sekolah Tse Tse akan memindahkan “Meja kecilnya” keluar, mengejar siang hari menyelesaikan PR-nya.

Uang sekolahnya setahun sekitar 3.000 sampai 4.000, kami tidak sanggup. Karena tidak ada uang, tahun ini saya juga melepaskan berobat lagi,” kata Xiong Chun. Beberapa waktu yang lalu, dia berbicara dengan istrinya agar Tse Tse berhenti sekolah saja, Tse Tse begitu tahu langsung menangis.

Xiong Chun berteriak, “Hidup normal saja bermasalah, masih harus kasih dia sekolah, sungguh susah, bila sudah tidak mungkin, biar dia berhenti saja.” Tse Tse yang sedang bermain boneka, begitu mendengar kata papanya, langsung menangis. Xiong Chun menarik Tse Tse ke sisinya, membujuk: “Papa akan usahakan kamu sekolah, biar kamu bisa sekolah!” Setelah dibujuk beberapa kali, Tse Tse baru berhenti menangis, dengan tangan mungilnya dia menyeka air matanya.

Terhadap Tse Tse, saya sungguh menyesal….,” sambil menangis tersedu, Xiong Chun sudah tidak dapat berkata lagi. Xiong Chun berkata: “Saya percaya pasti akan sembuh, Tse Tse adalah harapan saya.”

*******

Terima kasih Sdr Syahbandi yang mengirim email ini ke saya pada Desember 2008 silam. Kisah ini sangat berarti bagi saya, terutama bagaimana kita harus menyikapi kehidupan kita yang mungkin sedikit lebih baik dari Tse Tse dan bagaimanapula bakti yang ditunjukkan si bocah 6 tahun. Didalam kesulitan, Tse Tse tetap menunjukkan bakti, belajar sungguh-sungguh dan sekaligus berbakti kepada orang tua. Tekad yang besar untuk tetap sekolah merupakan sikap yang patut kita tiru. Dan saya pikir, kisah-kisah dramatis seperti Tse Tse juga banyak menimpa sebagian besar anak-anak yang memiliki kesulitan ekonomi dengan orang tuanya yang “tidak mampu”. Semoga melalui kisah ini, kita berdoa agar semua orang yang mengalami penderitaan dan kesulitan hidup agar segera terbebas dari kesulitan dan penderitaan serta sakit. Dan semoga Xiong Chun dapat pulih dari penyakitnya dan dapat menyekolahkan anaknya Tse Tse ke jenjang pendidikan hingga selesai.

Liputan kisah-kisah seperti ini yang ada di negeri ini perlu disampaikan secara luas, dan semoga dari kita dapat memiliki kepekaan sosial membantu meringankan penderitaan dan kesulitan orang disekitar kita. Dan kita harus tetap semangat menatap hari yang lebih baik!

Sabtu, 14 Agustus 2010

Air Mendidih

Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.

Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api. Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api. Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.

Lalu ia bertanya kepada anaknya, “Apa yang kau lihat, nak?” “Wortel, telur, dan kopi” jawab si anak. Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras. Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas.

Setelah itu, si anak bertanya, “Apa arti semua ini, Ayah?” Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi kesulitan yang sama, perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.
Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak.

Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras.
Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut. “Kamu termasuk yang mana?,” tanya ayahnya. “Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?”

Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.

Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?

Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat. Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.

Tentang Kasih Sayang

Pada suatu ketika ada suatu pulau yang dihuni semua sifat manusia. Ini berlangsung lama sebelum mereka menghuni tubuh manusia. Sebelum kita mengkotak-kotaknya ke dalam istilah baik dan buruk. Sifat-sifat ini berdiri sendiri sebagai manusia dengan masing-masing ciri khasnya.

Optimisme, Pesimisme, Pengetahuan, Kemakmuran, Kesombongan, Kasih Sayang dan sifat-sifat manusia lainnya.


Suatu hari ada pemberitahuan bahwa pulau itu akan tenggelam pelan-pelan. Sifat-sifat ini dilanda kepanikan. Mereka segera menyiapkan perbekalan dan bersiap-siap meninggalkan pulau dengan perahu yang mereka miliki.

Kasih Sayang belum siap. Dia tidak memiliki perahu sendiri. Mungkin dia telah meminjamkannya kepada seseorang bertahun-tahun yang lalu. Dia menunda keberangkatannya hingga saat-saat terakhir karena sibuk membantu teman yang lain bersiap-siap. Akhirnya Kasih Sayang memutuskan ia perlu minta bantuan.


Kemakmuran baru saja akan berangkat dengan perahu yang besar dan lengkap dengan teknologi mutakhir.
“Kemakmuran, bolehkah aku ikut denganmu?” tanya Kasih Sayang.
“tidak bisa,” jawab Kemakmuran.
“perahuku sudah penuh dengan seluruh emas, perak, perabotan antik dan koleksi seni. Tak ada ruang untukmu di sini”


Lalu Kasih Sayang minta tolong kepada Kesombongan yang lewat dengan perahu yang indah.
“Kesombongan, sudikah engkau menolongku?”
“maaf,” jawab Kesombongan,”aku tak bisa menolongmu. Kamu basah kuyup dan kotor. Nanti dek perahuku yang mengkilat ini kotor jika kau naik.”


Kasih Sayang melihat Pesimisme yang sedang bersusah payah mendorong perahunya ke air. Pesimisme terus menerus mengeluh soal perahu yang terlalu berat, pasir yang terlalu lembut, air terlalu dingin.
Dan kenapa pulau ini mesti tenggelam? Kenapa semua kesialan ini mesti menimpanya?

Meski Pesimisme mungkin bukanlah teman perjalanan yang menyenangkan, Kasih Sayang sudah sangat terdesak.
“Pesimisme, bolehkah aku menumpang perahumu?”
“oh, Kasih Sayang, kau terlalu baik untuk berlayar denganku. Perhatianmu membuatku merasa lebih bersalah lagi. Bagaimana kalau nanti ada ombak besar yang menghantam perahuku dan engkau tenggelam? Tudak, aku tidak tega mengajakmu.”


Salah satu perahu yang paling akhir meninggalkan pulau adalah Optimisme. Itu karena dia tak percaya tentang bencana dan hal-hal buruk, termasuk bahwa pulau ini akan tenggelam.

Kasih Sayang berteriak memanggilnya, tetapi Optimisme tidak mendengar. Ia terlalu sibuk menatap ke depan dan memikirkan tujuan berikutnya. Kasih Sayang memanggilnya lagi, tetapi bagi Optimisme tak ada istilah menoleh ke belakang. Ia terus berlayar ke depan.


Pada saat Kasih Sayang sudah nyaris putus asa, dia mendengar sebuah suara.
“ayo, naiklah ke perahuku!” Kasih Sayang begitu lelah sehingga dia meringkuk di atas perahu dan langsung tertidur.

Ia tertidur sepanjang jalan sampai nahkoda kapal mengatakan mereka sudah sampai di daratan kering. Ia begitu berterimakasih, meloncat turun dan melambaikan tangan ke nahkoda baik hati itu. Tapi ia lupa menanyakan namanya.


Ketika di pantai, ia bertemu Pengetahuan dan bertanya,
“siapa tadi yang menolongku?”
“itu tadi Waktu,” jawab Pengetahuan.
“Waktu?” tanya Kasih Sayang.
“kenapa hanya Waktu yang mau menolongku ketika semua orang tidak mau mengulurkan tangan?”

Pengetahuan tersenyum dan menjawab,”sebab hanya Waktu yang mampu mengerti betapa hebatnya Kasih Sayang


Rahasianya: menyediakan Waktu untuk menunggu dan membiarkan kehebatan Kasih Sayang bekerja.

Tentang Kasih

Tuhan, yaitu yang CahayaNya bersinar dalam diri setiap umat manusia. Ia mengasihi setiap orang. Semua umat beragama – Hindu, Islam, Kristen, Budha, Sikh dll – menerima kasihNya. Tuhan dalam bentuk kasih ada di dalam diri setiap orang. Orang yang mata rohaninya celik, melihat semua umat manusia sebagai perwujudan Tuhan, seperti sinar yang memancar dari matahari dan gelombang yang naik dari lautan. Mereka tahu bahwa yang menciptakan mereka semua adalah percikan kasih yang sama. Karena itu, siapakah yang hina dan siapakah yang mulia? Di mata Tuhan, semua orang dari berbagai lapisan masyarakat dan bermacam-macam Negara adalah sama; dan bagi orang yang memiliki kasih, maka perbedaan kasta, syahadat atau Negara tidaklah menjadi soal.

Kasih ada dua jenis:
1. Kasih yang pertama bersifat duniawi dan merupakan buatan manusia.
2. Kasih yang kedua bersifat rohani dan suci.Kasih duniawi adalah kasih orang-orang duniawi yang selalu terikat kepada dunia dan benda-bendanya. Kasih rohani adalah kasih para bakta Tuhan yang membina hubungan yang kekal dengan Tuhan.

Kasih duniawi ada 2 jenis:
Yang pertama adalah kasih yang timbul karena suatu perbuatan, sifat atau keadaan tertentu yang berhubungan dengan sesuatu benda atau orang. Contoh, seorang yang berjiwa seniman atau pandai melukis. Seorang lain mungkin mengasihi dia karena ia dapat menarik keuntungan dari seninya itu, yaitu memperoleh lukisan yang indah atau gambar yang artistic. Kasihnya hanya di landaskan atas satu tujuan, dan setelah itu terpenuhi, karena tujuannya telah tercapai, maka kasihnya akan seniman itu akan hilang. Itu menunjukkan bahwa kasihnya hanya bersifat mementingkan diri sendiri dan tidak demi si pelukis atau seniman itu sendiri.

Contoh kedua, seseorang mungkin mengasihi istrinya untuk sekedar memenuhi hawa nafsunya. Begitu keinginannya telah terpenuhi atau bila wanita itu sudah tidak sesuai lagi untuk itu, maka kasihnya kepada wanita itu akan luntur dan ia mulai menjalin hubungan dengan orang lain. Itu berarti bahwa kasihnya timbul dari nafsu-nafsu yang rendah dan sama sekali bukan karena ia mengasihi istrinya. Begitu pula, bila seorang pelayan bekerja dengan baik dan patuh, kita menyayanginya. Tetapi bila ia sudah menjadi tua atau malas, kita akan memecatnya. Bila kuda kita bagus dan kencang larinya, kita menyayanginya. Tetapi bila ia sudah tidak kuat lagi karena tua, kita tidak ingin memeliharanya lagi. Kita tidak mengasihi pelayan atau kudanya, melainkan mengasihi pekerjaan yang dapat mereka lakukan untuk kita.

Ada orang lain lagi yang tampan dan cantik, dan karena itu ada seseorang yang mengasihi dia. Tetapi bila sifat itu hilang (karena penyakit, kecelakaan atau usia lanjut), maka kasih orang itu kepadanya juga akan hilang, karena ia hanya sekedar mengasihi sifat yang dimilikinya itu. Pada umumnya, begitulah kasih duniawi. Orang mengasihi suatu keindahan yang bersifat lahiriah dan yang tampak dari luar, itu bukan kasih yang sejati.Yang lebih luhur dari itu adalah kasih duniawi yang kedua, yaitu kasih yang tidak tergantung atau timbul karena kondisi lahiriah, perbuatan atau sifat apapun, sehingga ia tidak akan hilang bersamaan dengan hilangnya sifat-siafat itu. Kasih seperti itu dapat dikenali dengan satu cirri. Kasih itu datangnya secara spontan, tanpa sebab musabab. Kasih itu datang dari lubuk hati dengan menggelora, dan ia tidak mempunyai maksud untuk mencari keuntungan atau mementingkan diri sendiri. Itu disebut sebagai kasih alami, dan begitu kita menghayatinya, ia tidak akan hilang. Kasih sejati itu tetap konstan. Kasih seperti itu adalah lebih unggul, karena ia tidak tergantung kepada sifat dan tingkah laku obyek yang di kasihi maupun kefanaan. Tidak hanya itu, setelah kematian sekalipun, ia tidak berubah, karena kasih itu berurat akar dalam jiwanya. Taraf kasih seperti itu tidak dapat kita temukan pada kasih yang pertama tadi.

Bila kita mengasihi orang lain tanpa ada maksud untuk menarik keuntungan bagi diri sendiri, maka ia tidak akan menghiraukan sifat-sifat orang yang dikasihinya, dan ia selalu bersedia untuk mengabaiakan sifat itu demi kasih, karena sifat sifat itu sendiri tanpa adanya sang kekasih baginya tidak ada gunanya atau tidak ada artinya. Hati orang seperti itu akan diterangi oleh cahaya kasih, dan orang yang dikasihi seolah-olah menjadi sumber segala sifat dan daya tarik baginya. Ia mengasihi demi kasih semata-mata dan tidak tergantung kepada sifat-sifatnya yang ia angap tidak penting.Jenis kasih yang kedua adalah kasih rohani. Kasih rohani juga ada dua jenis.

Kasih rohani tidak tercampur dengan ilusi, dan di alam-alam rohani ia selalu murni; tetapi di alam alam bawah, kasih itu bercampur dengan benda jasmani dan nafsu kebinatangan. Pada umumnya, orang mengasihi Tuhan karena ia terikat kepada ciptaanNya. Ia merupakan pemelihara alam semesta dan Ia memelihara orang yang berdosa maupun suci. Ia mengaruniakan anak, harta dan berbagai pemberian dan kesenangan. Ia adalah pengampun semua perbuatan jahat. Tetapi bila seseorang mengasihi Tuhan – tidak semata-mata demi pemberianNya melainkan demi kasih itu sendiri – maka kasih semacam itu sangat luhur. Kasih yang sejati dan benar adalah kasih yang menyebabkan hati merasa tertarik kepadaNya tanpa ada maksud untuk mementingkan diri sendiri.Bila anda bertanya apakah kasih sejati itu kepada Tuhan dan bagaimana caranya agar kita dapat tertarik kepadaNya, itu akan sulit dijawab dengan bahasa duniawi. Air mata yang berderai belum tentu mencerminkan kedalaman kasihnya. Perasaan gelisah yang melanda seorang pengasih, belum tentu menunjukkan kemesraan kasihnya. Tetapi bila seseorang mengikuti jalan kasih, barulah jiwa akan mencicipi sepercik dari kasih itu. Tetapi pengaruh yang dihasilkan oleh kasih itu tidak dapat digambarkan dengan intelek. Semua orang suci mengasihi Tuhan demi Tuhan sendiri. Kasih mereka berbeda sekali dengan kasih orang duniawi. Bila segala sesuatu berjalan lancar dan hidupnya tidak kekurangan, orang dapat mengasihi Tuhan dengan mudah. Tetapi kasih para suci kepada Tuhan sama sekali tidak goyah walaupun keadaannya tidak menyenangkan. Mereka mengurbankan tubuh, pikiran, harta dan bahkan nyawa mereka demi kasih Tuhan.

Empat hal yang penting dalam kasih:
1. Di dalam benak tidak ada ingatan lain kecuali tentang sang kekasih (Tuhan)
2. Persoalan untuk memikirkan pertukaran timbal balik atau mempertimbangkan untung ruginya sama sekali tidak dibenarkan
3. Semua macam ketakuta harus dihilangkan
4. Sang Pengasih tidak boleh membenci atau memusuhi siapapun.Hanya kasih sajalah yang dapat memberikan ketenangan dan kebahagian.

Tanpa kasih hidup menjadi gersang dan tidak berarti, dan bahkan kenikmatan surgawi tidak akan ada artinya. Bagi orang yang tidak memiliki kasih, istana akan menjadi seseram makam. Tetapi, gubuk yang buruk dan rapuh sekalipun akan menjadi indah jika itu diterangi oleh Kasih. Hanya keajaiban kasih yang dapat menghilangkan lapisan suka dan duka, susah dan senang, pandai dan bodoh. di dalam kasih, semua sifat buruk dari pikiran dan intelek seperti kemarahan, kemalasan, mempergunjingkan orang lain, kebencian dan sebagainya akan hilang dan kita akan dapat mengendalikan pikiran dengan cara kasih. Kasih hanya memebri dan tidak menerima apa-apa sehingga di dalam Kasih mustahil bagi kita untuk memohon sesuatu karena Kasih hanya tahu memberi.

Kasih membangkitkan kemurahan hati dang menghilangkan keakuan, karena kasih tidak mengenal pamrih. Jika smeua orang hidup saling mengasihi, maka tidak ada hukum duniawi yang kita perlukan. Kita memerlukan hukum itu karena kita belum hidup dalam Kasih, sehingga dunia terjerat dalam nafsu kebinatangan. Jika kita dapat belajar untuk mengasihi diri sendiri, tetangga kita, negara kita dan seluruh umat manusia dan Tuhan sendiri, maka kita tidak akan memerlukan hukum duniawi, karena Kasih akan memperanakkan Kasih. Dengan demikian, tidak akan ada percekcokan atau saling tidak mempercayai antar bangsa yang satu dengan bangsa yang lain, dan satu-satunya kekuatan yang berkuasa adalah kuasa Kasih.

Kamis, 12 Agustus 2010

Suatu hari seekor Burung jatuh cinta pd setangkai Mawar Putih.
Burung selalu berusaha utk mengungkapkan cintanya pada Mawar Putih, akan tetapi Mawar Putih menolak dan berkata,
"Aku tidak mungkin mencintaimu". Burung tak pernah menyerah, hingga tiap hari burung menemui Mawar Putih.
Dan akhirnya Mawar Putih pun luluh dan berkata, "Aku akan mencintaimu jika kau mampu merubahku menjadi Mawar Merah".
Burung pun lalu memotong sayapnya dan menuangkan darahnya ke kelopak Mawar Putih. Akhirnya Mawar Putih menyadari betapa tulusnya cinta Burung kepadanya.
Namun semua telah terlambat,Burung telah mati kehabisan darah...

Maka dari itu, hargailah siapapun yg mencintaimu sebelum mereka pergi jauh darimu...

Terkadang sering kali kita mati rasa saat seseorang mencintai kita...bahkan kita menyia-nyiakan mereka

Kisah yang menyentuh hati

Suatu hari seekor Burung jatuh cinta pd setangkai Mawar Putih.
Burung selalu berusaha utk mengungkapkan cintanya pada Mawar Putih, akan tetapi Mawar Putih menolak dan berkata,
"Aku tidak mungkin mencintaimu". Burung tak pernah menyerah, hingga tiap hari burung menemui Mawar Putih.
Dan akhirnya Mawar Putih pun luluh dan berkata, "Aku akan mencintaimu jika kau mampu merubahku menjadi Mawar Merah".
Burung pun lalu memotong sayapnya dan menuangkan darahnya ke kelopak Mawar Putih. Akhirnya Mawar Putih menyadari betapa tulusnya cinta Burung kepadanya.
Namun semua telah terlambat,Burung telah mati kehabisan darah...

Maka dari itu, hargailah siapapun yg mencintaimu sebelum mereka pergi jauh darimu...

Terkadang sering kali kita mati rasa saat seseorang mencintai kita...bahkan kita menyia-nyiakan mereka

Kisah yang mengharukan... ( kisah nyata )

Ada seorang bocah kelas 4 SD di suatu daerah di Milaor Camarine Sur, Filipina, yang setiap hari mengambil rute melintasi daerah tanah yang berbatuan dan menyeberangi jalan raya yang berbahaya dimana banyak kendaraan yang melaju kencang dan tidak beraturan.

Setiap kali berhasil menyebrangi jalan raya tersebut, bocah ini mampir sebentar ke Gereja tiap pagi hanya untuk menyapa Tuhan, sahabatnya.
Tindakannya ini selama ini diamati oleh seorang Pendeta yang merasa terharu menjumpai sikap bocah yang lugu dan beriman tersebut.

"Bagaimana kabarmu, Andy? Apakah kamu akan ke Sekolah?"

"Ya, Bapa Pendeta!" balas Andy dengan senyumnya yang menyentuh hati Pendeta tersebut.

Dia begitu memperhatikan keselamatan Andy sehingga suatu hari dia berkata kepada bocah tersebut, "Jangan menyebrang jalan raya sendirian, setiap kali pulang sekolah, kamu boleh mampir ke Gereja dan saya akan memastikan kamu pulang ke rumah dengan selamat."

"Terima kasih, Bapa Pendeta."

"Kenapa kamu tidak pulang sekarang? Apakah kamu tinggal di Gereja setelah pulang sekolah?"

"Aku hanya ingin menyapa kepada Tuhan.. sahabatku."

Dan Pendeta tersebut meninggalkan Andy untuk melewatkan waktunya di depan altar berbicara sendiri, tetapi pastur tersebut bersembunyi di balik altar untuk mendengarkan apa yang dibicarakan Andy kepada Bapa di Surga.

"Engkau tahu Tuhan, ujian matematikaku hari ini sangat buruk, tetapi aku tidak mencontek walaupun temanku melakukannya. Aku makan satu kue dan minum airku. Ayahku mengalami musim paceklik dan yang bisa kumakan hanya kue ini.
Terima kasih buat kue ini, Tuhan! Tadi aku melihat anak kucing malang yang kelaparan dan aku memberikan kueku yang terakhir buatnya.. lucunya, aku jadi tidak begitu lapar.

Lihat ini selopku yang terakhir. Aku mungkin harus berjalan tanpa sepatu minggu depan.Engkau tahu sepatu ini akan rusak, tapi tidak apa-apa..
paling
tidak aku tetap dapatpergi ke sekolah. Orang-orang berbicara bahwa kami akan mengalami musim panen yang susah bulan ini, bahkan beberapa dari temanku sudah berhenti sekolah, tolong Bantu mereka supaya bisa bersekolah lagi.
Tolong Tuhan.

Oh, ya..Engkau tahu kalau Ibu memukulku lagi. Ini memang menyakitkan, tapi aku tahu sakit ini akan hilang, paling tidak aku masih punya seorang Ibu.
Tuhan, Engkau mau lihat lukaku??? Aku tahu Engkau dapat menyembuhkannya, disini..disini.aku rasa Engkau tahu yang ini kan....??? Tolong jangan marahi ibuku, ya..?? dia hanya sedang lelah dan kuatir akan kebutuhan makan dan biaya sekolahku..itulah mengapa dia memukul aku.

Oh, Tuhan..aku rasa, aku sedang jatuh cinta saat ini. Ada seorang gadis yang sangat cantik dikelasku, namanya Anita. menurut Engkau, apakah dia akan menyukaiku??? Bagaimanapun juga paling tidak aku tahu Engkau tetap menyukaiku karena aku tidak usah menjadi siapapun hanya untuk menyenangkanMu. Engkau adalah sahabatku.

Hei.ulang tahunMu tinggal dua hari lagi, apakah Engkau gembira??? Tunggu saja sampai Engkau lihat, aku punya hadiah untukMu. Tapi ini kejutan bagiMu.
Aku berharap Engkau menyukainya. Oooops..aku harus pergi sekarang."

Kemudian Andy segera berdiri dan memanggil Pendeta .

"Bapa Pendeta..Bapa Pendeta..aku sudah selesai bicara dengan sahabatku, anda bisa menemaniku menyebrang jalan sekarang!"

Kegiatan tersebut berlangsung setiaphari, Andy tidak pernah absen sekalipun.

Pendeta Agaton berbagi cerita ini kepada jemaat di Gerejanya setiap hari Minggu karena dia belum pernah melihat suatu iman dan kepercayaan yang murni kepada Tuhan.. suatu pandangan positif dalam situasi yang negatif.

Pada hari Natal, Pendeta Agaton jatuh sakit sehingga tidak bisa memimpin gereja dan dirawat di rumah sakit. Gereja tersebut diserahkan kepada 4 wanita tua yang tidak pernah tersenyum dan selalu menyalahkan segala sesuatu yang orang lain perbuat. Mereka juga mengutuki orang yang menyinggung mereka.

Ketika mereka sedang berdoa, Andypun tiba di Gereja tersebut usai menghadiri pesta Natal di sekolahnya, dan menyapa "Halo Tuhan..Aku.."

"Kurang ajar kamu, bocah!!!tidakkah kamu lihat kalau kami sedang berdoa???!!! Keluar, kamu!!!!!"

Andy begitu terkejut,"Dimana Bapa Pendeta Agaton..??Seharusnya dia membantuku menyeberangi jalan raya. dia selalu menyuruhku untuk mampir lewat pintu belakang Gereja. Tidak hanya itu, aku juga harus menyapa Tuhan Yesus, karena hari ini hari ulang tahunNya, akupun punya hadiah untukNya.."

Ketika Andy mau mengambil hadiah tersebut dari dalam bajunya, seorang dari keempat wanita itu menarik kerahnya dan mendorongnya keluar Gereja.

"Keluar kamu, bocah!..kamu akan mendapatkannya!!!"

Andy tidak punya pilihan lain kecuali sendirian menyebrangi jalan raya yang berbahaya tersebut di depan Gereja. Lalu dia menyeberang, tiba-tiba sebuah bus datang melaju dengan kencang - disitu ada tikungan yang tidak terlihat pandangan. Andy melindungi hadiah tersebut didalam saku bajunya, sehingga dia tidak melihat datangnya bus tersebut. Waktunya hanya sedikit untuk menghindar.dan Andypun tewas seketika. Orang-orang disekitarnya berlarian dan mengelilingi tubuh bocah malang tersebut yang sudah tidak bernyawa lagi.

Tiba-tiba, entah muncul darimana ada seorang pria berjubah putih dengan wajah yang halus dan lembut, namun dengan penuh airmata dating dan memeluk bocah malang tersebut. Dia menangis.

Orang-orang penasaran dengan dirinya dan bertanya,"Maaf tuan..apakah anda keluarga dari bocah yang malang ini? Apakah anda mengenalnya?"

Tetapi pria tersebut dengan hati yang berduka karena penderitaan yang begitu dalam berkata,"Dia adalah sahabatku." Hanya itulah yang dikatakan.

Dia mengambil bungkusan hadiah dari dalam saku baju bocah malang tersebut dan menaruhnya didadanya. Dia lalu berdiri dan membawa pergi tubuh bocah tersebut, kemudian keduanya menghilang. Orang-orang yang ada disekitar tersebut semakin penasaran dan takjub..

Di malam Natal, Pendeta Agaton menerima berita yang sangat mengejutkan.

Diapun berkunjung ke rumah Andy untuk memastikan pria misterius berjubah putih tersebut. Pendeta itu bertemu dengan kedua orang tua Andy.

"Bagaimana anda mengetahui putra anda telah meninggal?"

"Seorang pria berjubah putih yang membawanya kemari." Ucap ibu Andy terisak.

"Apa katanya?"

Ayah Andy berkata,"Dia tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia sangat berduka. Kami tidak mengenalnya namun dia terlihat sangat kesepian atas meninggalnya Andy, sepertinya Dia begitu mengenal Andy dengan baik. Tapi ada suatu kedamaian yang sulit untuk dijelaskan mengenai dirinya. Dia menyerahkan anak kami dan tersenyum lembut. Dia menyibakkan rambut Andy dari wajahnya dan memberikan kecupan dikeningnya, kemudian Dia membisikkan sesuatu.

"Apa yang dikatakan?"

"Dia berkata kepada putraku.." Ujar sang Ayah. "Terima kasih buat kadonya.
Aku akan berjumpa denganmu. Engkau akan bersamaku." Dan sang ayah melanjutkan, "Anda tahu kemudian semuanya itu terasa begitu indah.. aku menangis tapi tidak tahu mengapa bisa demikian. Yang aku tahu.aku menangis karena bahagia..aku tidak dapat menjelaskannya Bapa Pendeta, tetapi ketika dia meninggalkan kami, ada suatu kedamaian yang memenuhi hati kami, aku merasakan kasihnya yang begitu dalam di hatiku.. Aku tidak dapat melukiskan sukacita dalam hatiku. aku tahu, putraku sudah berada di Surga sekarang.
Tapi tolong Bapa Pendeta .. Siapakah pria ini yang selalu bicara dengan putraku setiap hari di Gerejamu? Anda seharusnya mengetahui karena anda selalu di sana setiap hari, kecuali pada saat putraku meninggal.

Pendeta Agaton tiba-tiba merasa air matanya menetes dipipinya, dengan lutut gemetar dia berbisik,"Dia tidak berbicara kepada siapa-siapa... kecuali dengan Tuhan."